top of page
  • sreylinlam

65 tahun hubungan Indonesia-Kamboja: Ke mana kita akan melangkah dari sini?



"Untuk menggali gagasan dari diskusi akademis yang melibatkan para cendekiawan terkemuka dan mengusulkan strategi untuk lebih meningkatkan hubungan bilateral selama 65 tahun yang akan datang," ujar Duta Besar Santo Darmosumarto dalam pembukaan Dialog Meja Bundar 65 Tahun Hubungan Indonesia-Kamboja, kemarin, di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Phnom Penh.


Dialog ini dihadiri oleh 20 peserta terhormat yang terdiri dari para pejabat, peneliti, dan cendekiawan dari kedua negara. Di antara mereka terdapat Menteri Senior Sok Siphana, Duta Besar Phou Suthirak dari Pusat Studi Regional Kamboja, Vora Huy Kanthoul dari Institut Perdamaian dan Kerjasama Kamboja, dan Mey Kalyan dari Institut Pembangunan dan Sumber Daya Kamboja. Tirta Nugraha Mursitama dan Ardhitya Yeremia dari Universitas Bina Nusantara dan Universitas Indonesia, masing-masing datang dari Jakarta untuk bergabung dalam acara tersebut.


Beberapa isu yang dibahas dalam Dialog tersebut antara lain ikatan sejarah yang mendalam antara Indonesia dan Kamboja, berbagai bidang kerja sama di bidang perdagangan, investasi, pariwisata, dan infrastruktur, serta potensi kemitraan dalam menangani isu-isu regional dan global. Para peserta menyoroti pentingnya untuk lebih memperkuat pembangunan komunitas ASEAN melalui program dan kegiatan yang secara langsung bermanfaat bagi masyarakat.


Duta Besar Darmosumarto menyatakan bahwa Indonesia tidak ingin dianggap hanya karena perannya di Kamboja di masa lalu, tetapi juga sebagai mitra dekat dalam membantu satu sama lain untuk memajukan perekonomian yang sedang berkembang. Dialog ini menyarankan bahwa upaya-upaya harus dilakukan untuk mengimplementasikan komitmen Pemerintah selama ini dan memberdayakan generasi muda dalam membentuk masa depan hubungan bilateral.


Dialog ini mengawali rangkaian acara yang akan berlangsung pada tahun 2024 untuk memperingati 65 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Kamboja. Pada tanggal 13 Februari 1959, Raja Kamboja Norodom Sihanouk dan Perdana Menteri Indonesia Djuanda Kartawidjaja menandatangani Perjanjian Persahabatan yang menandai dimulainya hubungan ini.


Tahun lalu, Indonesia melonjak menjadi mitra dagang No. 6 bagi Kamboja, dengan total perdagangan bilateral sekitar $1,1 miliar. Keberhasilan Indonesia menjadi Ketua ASEAN pada tahun 2023 dibangun di atas berbagai pencapaian yang telah diraih oleh Kamboja selama masa keketuaannya di tahun sebelumnya.


2 tampilan
bottom of page