Perdagangan bilateral antara Kamboja dan Indonesia menyentuh angka $1,087 miliar tahun lalu. Khmer Times
Indonesia merupakan mitra dagang terbesar keenam bagi Kamboja, namun bercita-cita untuk menjadi pemain utama dalam waktu dekat, ujar duta besar Indonesia untuk Kerajaan Kamboja, Santo Darmosumarto.
Berbicara kepada Khmer Times, Santo mengatakan, "Pada akhir tahun lalu, perdagangan bilateral kami menyentuh angka $1,087 miliar yang merupakan rekor bagi kami." Namun, ia berharap untuk dapat lebih memperkuat kerja sama perdagangan dengan Kerajaan.
"Saya pikir ada banyak produk Indonesia yang masuk ke Kamboja dan kami sangat senang dengan hal itu, tetapi pada saat yang sama kami ingin melihat perdagangan yang lebih seimbang karena perdagangan yang seimbang."
Dia juga mengatakan bahwa dia berharap di masa depan, mereka akan melihat lebih banyak produk Kamboja yang masuk ke Indonesia, baik dari sektor pertanian maupun sektor lainnya. Ia juga berharap bahwa interaksi yang terjadi akan lebih seimbang dan lebih komprehensif antara kedua negara dalam hal perdagangan.
Salah satu alasan mengapa Asean dibentuk adalah untuk integrasi ekonomi negara-negara di kawasan ini. "Itu tetap menjadi visi dan misi kami dan kami berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa negara mungkin mengalami kesulitan untuk berintegrasi satu sama lain karena kita memiliki perspektif nasional masing-masing dalam hal pembangunan ekonomi. Saya rasa ketika kita menjadi lebih nyaman satu sama lain, kita akan melihat manfaat dari peningkatan perdagangan intra-Asean," ujar Santo, seraya menambahkan bahwa ia berharap dapat melihat lebih banyak lagi integrasi Asean yang terjadi dan sangat optimis akan hal tersebut.
Ketika ditanya mengenai ketidakpastian ekonomi global, Santo mendukung kerja sama untuk mengatasinya bersama. "Ketidakpastian global disebabkan oleh isu-isu yang berada di luar kawasan seperti konflik atau kondisi lingkungan. Saya rasa masing-masing dari kita memiliki peran dalam mengatasi tantangan-tantangan di bidang lingkungan," tambahnya.
Baik Kamboja maupun Indonesia memiliki kebijakan nasional masing-masing untuk mengatasi perubahan iklim, memastikan penguatan ekonomi hijau dan meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan.
Santo mengatakan bahwa menurut pendapatnya, mereka melakukan yang terbaik untuk mengatasi ketidakpastian yang terjadi di Gaza dan Ukraina. "Baik Kamboja maupun Indonesia sebagai ketua Asean sebelumnya, dalam kapasitas kami sebagai sesama negara di kawasan ini, telah mencoba menyuarakan perlunya perdamaian dan stabilitas. Perlu ada gencatan senjata dalam kedua konflik ini dan proses perdamaian yang berkelanjutan dan langgeng," tambahnya.
Ia berharap ketidakpastian politik akan berkurang di wilayah tersebut. "Kami juga akan memastikan bahwa kondisi dan ketidakpastian apa pun yang berdampak pada daerah-daerah tersebut akan diatasi dan kita dapat kembali ke kondisi ekonomi yang lebih baik dan positif di Asia Tenggara," kata Santo.
Mengenai kerja sama pertanian antara kedua negara tetangga, Duta Besar menyebutkan bahwa impor beras pertama dari Kamboja ke Indonesia dilakukan pada bulan September 2023, meskipun MoU telah ditandatangani pada tahun 2012. "Butuh waktu hampir 12 tahun untuk mengimplementasikannya. Saya telah bertemu dengan para pejabat Kamboja yang telah berbicara tentang potensi kerja sama perdagangan dan bentuk-bentuk kerja sama pertanian lainnya. Misalnya, investasi di bidang pertanian atau ekspor produk pertanian lainnya dari Kamboja," katanya.
Masa depan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) adalah positif, katanya. "Kami memiliki mitra-mitra penting dalam kerja sama ini, jadi ini adalah masalah memastikan bahwa orang-orang mengambil keuntungan dari beberapa keuntungan yang didapat dari implementasi RCEP. Banyak pelaku usaha yang mungkin belum menyadari keuntungan dari penggunaan kerangka kerja sama RCEP. Banyak dari mereka mungkin menggunakan jenis kerangka kerja sama perdagangan atau investasi lain yang telah kita sepakati," tambah Santo.
Comments