top of page
piseychoub

Kamboja dan Indonesia akan segera mempercepat MoU perdagangan beras

Dalam Pertemuan ke-5 Komisi Bersama untuk Kerjasama Bilateral (5th JCBC), Kamboja dan Indonesia telah sepakat untuk mempercepat penyelesaian Nota Kesepahaman bilateral mengenai perdagangan beras. KT/Chor Sokunthea


Dengan volume perdagangan antara Kamboja dan Indonesia yang diperkirakan akan mencapai $1 miliar pada tahun 2023, kedua negara pada hari Kamis sepakat untuk mempercepat Nota Kesepahaman (MoU) tentang perdagangan beras.


Menurut siaran pers tentang hasil Pertemuan ke-5 Komisi Bersama untuk Kerja Sama Bilateral (JCBC ke-5) antara Kamboja dan Indonesia, Sok Chenda Sophea, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional (MFAIC) dan Retno L.P. Marsudi, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (MFARI) mencatat dengan puas pertumbuhan yang stabil dari perdagangan bilateral.


Chenda Sophea menjadi ketua bersama Retno L.P. Marsudi dalam JCBC ke-5 di Phnom Penh.


Kedua belah pihak menyatakan sangat puas dengan kemajuan yang telah dicapai di berbagai bidang sejak Pertemuan JCBC Kamboja-Indonesia terakhir di Jakarta, Indonesia.


“Di bidang ekonomi, kedua belah pihak mencatat dengan puas pertumbuhan perdagangan bilateral yang stabil, yang melebihi $ 1 miliar pada tahun 2023, dan sepakat untuk mempercepat penyelesaian MoU bilateral tentang Perdagangan Beras,” tulis siaran pers tersebut.


“Kedua Menteri menekankan pentingnya ketahanan pangan, dan menegaskan komitmen untuk mempercepat implementasi MoU kerja sama pertanian, yang ditandatangani pada bulan September 2023, dan penandatanganan MoU kerja sama Usaha Kecil dan Menengah (UKM).”


Untuk meningkatkan konektivitas dan memfasilitasi pertukaran ekonomi dan budaya, kedua menteri sepakat untuk mengupayakan lebih banyak penerbangan langsung antara kota-kota wisata di kedua negara, menyelesaikan MoU kerja sama budaya secepatnya, memperbaharui kerja sama sister-province antara Siem Reap dan Jawa Tengah, serta membangun hubungan sister city antara Phnom Penh dan Sumatera Barat.


Untuk lebih meningkatkan investasi masuk dan keluar, pertemuan tersebut menyepakati untuk memperluas kerja sama antara Dewan Pembangunan Kamboja (CDC) dan Kementerian Investasi Indonesia. Pertemuan tersebut juga menyambut baik niat perusahaan Indonesia, Perum BULOG, untuk mengembangkan bisnis pertanian, yaitu penggilingan padi dan gudang di Kamboja.


Pertemuan ini juga membahas secara ekstensif bidang-bidang kerja sama utama lainnya termasuk energi, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), kesehatan, kerja sama pengelolaan daerah aliran sungai, kerja sama industri, kerja sama digitalisasi, dan pelatihan tenaga kerja dan kejuruan.


Dengan berbagi pandangan tentang pentingnya perdamaian bagi pembangunan sosial-ekonomi, kedua belah pihak juga membahas beberapa isu regional dan internasional.


Menteri Luar Negeri Kamboja dan Indonesia juga menegaskan tekad mereka untuk meningkatkan dukungan dan kerja sama di panggung internasional.


Pertemuan diakhiri dengan penandatanganan Risalah Kesepakatan Pertemuan JCBC ke-5. Pertemuan ke-6 JCBC akan diselenggarakan di Indonesia pada tahun 2026.


Perlu diketahui bahwa Kamboja menjadi tuan rumah Pertemuan ke-5 JCBC di Phnom Penh pada hari Selasa hingga Rabu.


Pada hari Rabu, Menlu Retno L.P. Marsudi melakukan kunjungan kehormatan kepada Perdana Menteri Hun Manet di Istana Perdamaian.


Pada kesempatan tersebut, seiring dengan peringatan 65 tahun hubungan diplomatik Kamboja-Indonesia, Bapak Hun Manet dan Retno LP Marsudi mengapresiasi kemajuan hubungan kedua negara dan mendiskusikan berbagai upaya untuk terus memupuk kerja sama bilateral di berbagai bidang yang potensial, seperti ekonomi dan perdagangan, pertanian, pariwisata, dan hubungan antarmasyarakat, serta pertahanan dan keamanan.


0 tampilan

Comments


bottom of page