Menteri Perindustrian, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi, Hem Vanndy (Kanan) mengadakan pembicaraan dengan Duta Besar Indonesia untuk Indonesia, Santo Darmosumarto, di Kementerian tersebut pada hari Selasa.
Kamboja dan Indonesia telah menjajaki potensi kolaborasi di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, inovasi (Iptek), dan dukungan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Pada hari Selasa, Hem Vanndy, Menteri Industri, Sains, Teknologi & Inovasi (MISTI), menerima delegasi dari Kedutaan Besar Indonesia yang dipimpin oleh Duta Besar Santo Darmosumarto di kantor kementerian.
Vanndy memuji kerja sama bilateral yang telah berlangsung lama antara Kamboja dan Indonesia dan memuji partisipasi Indonesia dalam Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN ke-20 tentang Sains, Teknologi, dan Inovasi (AMMSTI-20) yang diselenggarakan di Siem Reap minggu lalu, yang dipimpin oleh Ketua Badan Riset dan Inovasi Nasional Kamboja.
Duta Besar Darmosumarto, yang telah berada di Kamboja selama sembilan bulan, menyatakan niatnya untuk memperkenalkan diri secara resmi kepada MISTI dan berupaya untuk meningkatkan hubungan kedua negara.
Beliau menguraikan empat tujuan utama dalam masa jabatannya: meningkatkan kerja sama bilateral, membina hubungan antarwarga dengan fokus pada kaum muda dan IMS, mendorong kerja sama regional melalui ASEAN, dan memastikan perlindungan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di Kamboja.
Memuji Kamboja sebagai tuan rumah AMMSTI-20, Duta Besar RI untuk Kamboja menyampaikan potensi kolaborasi lebih lanjut.
Kamboja telah berhasil menjadi tuan rumah Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN ke-20 tentang Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi (AMMSTI-20), Pertemuan ke-85 Komite ASEAN untuk Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi (COSTI-85), dan pertemuan-pertemuan terkait lainnya pada tanggal 3-7 Juni lalu di Kota Siem Reap, Provinsi Siem Reap.
Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk memperkuat kolaborasi regional, memajukan implementasi Rencana Aksi ASEAN untuk Sains, Teknologi, dan Inovasi (APASTI) 2016-2025, dan mengembangkan APASTI 2026-2035.
Duta Besar Darmosumarto mengusulkan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) yang berfokus pada transformasi digital dan dukungan teknologi untuk pengembangan UMKM, pendidikan vokasi untuk industri, dan kerja sama laboratorium untuk memastikan produk memenuhi standar pasar di kedua negara.
Vanndy menyatakan kesiapannya untuk menandatangani MoU tersebut. Ia menekankan kontribusi penting UMKM terhadap perekonomian Kamboja, menyoroti peluncuran Strategi Nasional untuk Mengembangkan Ekonomi Informal oleh pemerintah untuk membantu UMKM dalam formalisasi mereka, memungkinkan mereka untuk mengakses manfaat penting seperti perlindungan sosial dan peluang untuk pengembangan kapasitas.
Kerajaan memiliki sekitar 750.000 UMKM dibandingkan dengan 65 juta UMKM di Indonesia, sehingga memberikan kesempatan belajar dari pengalaman Indonesia yang luas.
Di bidang STI, Vanndy menyoroti aspirasi Kamboja untuk melakukan lompatan dalam kemajuan teknologi, dengan menyebutkan bahwa Kamboja dan Indonesia merupakan pencipta Pusat Alih Teknologi ASEAN, sehingga ada ruang untuk berkolaborasi di bidang ini.
Ia mengatakan bahwa MISTI juga sedang mentransformasi Laboratorium Nasional Sains, Teknologi, dan Inovasi menjadi lembaga administrasi publik untuk mendukung sektor swasta dengan lebih baik.
Menekankan pentingnya meningkatkan kapasitas laboratorium yang sejalan dengan standar harmonisasi ASEAN 2025, Vanndy mengusulkan pembentukan aliansi laboratorium antara laboratorium Kamboja dan Indonesia.
Inisiatif ini bertujuan untuk memfasilitasi pengakuan bersama atas hasil pengujian dan hasil laboratorium di seluruh negara ASEAN.
Menanggapi ketertarikan Indonesia terhadap ekosistem startup di Kamboja, Vanndy, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Khmer Enterprise, menyebutkan upaya pemerintah dalam mengembangkan ekosistem UKM dan startup melalui inisiatif seperti Khmer Enterprise, Decho Startup Center, dan mekanisme pendanaan lainnya.
Menyoroti Indonesia sebagai mitra dagang terbesar keenam bagi Kamboja, dengan volume perdagangan melebihi $1 miliar pada tahun 2023, Vanndy mendorong para investor Indonesia untuk mempertimbangkan berinvestasi dan mendirikan pabrik di Kamboja.
Comments