Duta Besar Indonesia untuk Kamboja Santo Darmosumarto memberikan kuliah umum di Universitas Pannasastra, Selasa. KT/Heng Chivoan
Indonesia tertarik untuk memperluas kerja sama perdagangan dengan Kamboja untuk produk pertanian selain beras. Beras telah membantu Indonesia menjadi mitra dagang nomor enam bagi Kamboja. Digital dan energi hijau adalah dua bidang baru di mana Indonesia ingin bekerja sama dengan Kamboja, kata Duta Besar Indonesia untuk Kamboja Santo Darmosumarto dalam sebuah kuliah umum di Universitas Pannasastra pada hari Selasa.
Santo menjadi tamu khusus di universitas tersebut untuk sesi yang berjudul, 'Mentransformasi hubungan historis antara Indonesia dan Kamboja ke dalam kerja sama konkret'.
Santo berbicara mengenai dampak dari persaingan di antara kekuatan-kekuatan global yang selalu mempengaruhi negara-negara Asia Tenggara seperti Kamboja dan Indonesia. “AS dan Cina adalah dua kekuatan besar yang mempengaruhi kawasan ini,” katanya.
Bahkan negara kecil seperti Jepang pun mampu memberikan pengaruh global yang mempengaruhi kawasan ini. Negara-negara Eropa selalu tertarik pada bagian dunia ini, jelasnya.
Ia mengutip Singapura sebagai contoh bagaimana sebuah negara yang ukurannya sangat kecil dapat menjadi entitas yang kuat di dunia. “Kamboja dapat dengan mudah menjadi kekuatan besar di kawasan ini karena lokasinya,” katanya.
Menanggapi pertanyaan dari para mahasiswa mengenai beasiswa ke Indonesia, ia menjelaskan bahwa sangat sulit baginya untuk mengatur program magang di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Phnom Penh, yang merupakan permintaan yang sering ditanyakan oleh para mahasiswa. “Saya tidak ingin Anda hanya membuat kopi di kedutaan sekarang, bukan?” candanya.
Menguraikan tantangan keakraban antara para pebisnis dari kedua belah pihak, Santo merekomendasikan untuk meningkatkan interaksi. “Menjadi lebih akrab, melakukan lebih banyak percakapan dan melakukan lebih banyak musyawarah tentang bidang apa yang dapat dikembangkan,” katanya.
Tantangan yang diidentifikasi Santo untuk perdagangan adalah masalah logistik. "Banyak orang mengatakan bahwa perdagangan dengan Kamboja tetap mahal karena biaya pengiriman produk. Namun saya pikir dengan semakin banyaknya volume yang masuk ke Kamboja atau yang masuk ke Indonesia, kita akan melihat harga logistik menurun. Itulah harapan saya bahwa produk Indonesia akan menjadi lebih kompetitif di sini dalam hal harga dibandingkan dengan produk dari negara tetangga,” kata Santo.
Comments