top of page
piseychoub

Kamboja dan Indonesia menjalin hubungan yang lebih erat melalui JCBC

Kamboja dan Indonesia menjadi ketua bersama pertemuan ke-4 Komisi Bersama untuk Kerja Sama Bilateral (JCBC) kedua negara, yang diadakan di Jakarta pada tahun 2018. Kementerian Luar Negeri


Acara ini diketuai bersama oleh Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Kamboja Sok Chenda Sophea dan mitranya dari Indonesia, Retno Marsudi.


Acara ini akan menjadi kesempatan untuk meninjau kembali kemajuan sejak pertemuan JCBC ke-4, yang diadakan di Jakarta, Indonesia, pada tahun 2018, termasuk implementasi notulen yang telah disepakati. Ini juga akan menjadi kesempatan untuk menetapkan arah masa depan untuk memajukan hubungan jangka panjang antara kedua negara dan memperluas kerja sama yang saling menguntungkan, kata kementerian luar negeri, dalam sebuah siaran pers pada 19 Agustus.


“Kedua menteri akan mendiskusikan secara mendalam tujuan untuk membina lebih lanjut hubungan yang kuat di semua bidang seperti perdagangan dan investasi, pertanian, pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, lingkungan hidup, transportasi, pariwisata, budaya dan kerjasama politik-keamanan.


“Perkembangan regional dan isu-isu internasional yang menjadi perhatian dan kepentingan bersama juga menjadi agenda,” katanya.


Pertemuan JCBC ke-5 ini bertepatan dengan peringatan 65 tahun berdirinya hubungan diplomatik antara Kamboja dan Indonesia.


Selama kunjungannya di Kamboja, Menlu Retno juga akan bertemu dengan Perdana Menteri Hun Manet.


Ek Bunly, seorang peneliti di Pusat Studi Regional Kamboja (CCRS), mencatat bahwa pertemuan JCBC ke-5 menyoroti fokus Phnom Penh dan Jakarta dalam memperkuat hubungan bilateral mereka. Dia percaya bahwa agenda pertemuan tersebut akan menjadi kesempatan bagi kedua negara untuk meninjau kembali kebijakan perdagangan bilateral mereka, membina hubungan antarmasyarakat, dan juga memeriksa area potensial baru untuk kerja sama keamanan.


“Saya pikir hubungan keamanan antara Indonesia dan Kamboja harus diperkuat, begitu juga dengan hubungan ekonomi dan politik,” katanya.


“Indonesia adalah kekuatan menengah potensial yang sedang naik daun yang dapat memainkan peran penting dalam keamanan regional Asia Tenggara di masa depan, sementara Kamboja ingin memperkuat pengalaman militernya tanpa keterlibatan kontroversial dari kekuatan global,” katanya kepada The Post pada tanggal 20 Agustus.


Bunly menjelaskan bahwa kerja sama keamanan antara kedua negara kemungkinan besar akan mengundang lebih sedikit kontroversi atau kritik dari negara-negara besar, seperti Cina dan AS. Hal ini juga akan memupuk keamanan bilateral Indonesia dan Kamboja dan memberikan pengalaman berharga di masa depan.


“Hubungan bilateral yang sangat baik antara Indonesia dan Kamboja akan berjalan dua arah. Di satu sisi, Kamboja akan dapat menjadi mitra yang baik, sebagai pemimpin ASEAN. Selain itu, Indonesia akan dapat memperluas reputasinya di Kamboja, bersama dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya,” tambahnya.


0 tampilan

Comments


bottom of page