top of page

‘Indonesia at 80: A Partner in ASEAN’s Shared Future – and in the Mekong’s Promise’

  • nicholastan788
  • 14 Agu
  • 3 menit membaca
ree

Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, memulai perjalanan yang sejak itu membentuk sejarah Asia Tenggara. Hari ini, saat negara dengan populasi keempat terbesar di dunia memperingati Hari Kemerdekaan ke-80, ini bukan hanya perayaan bagi Indonesia saja — ini adalah momen refleksi bagi seluruh komunitas ASEAN. Selama lebih dari delapan dekade, Indonesia telah berkembang dari sebuah kepulauan yang baru merdeka menjadi ekonomi G20 yang berpengaruh dan pemimpin yang dipercaya dalam diplomasi regional. Kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN pada tahun 2023, perannya dalam misi pemeliharaan perdamaian, dan komitmennya terhadap integrasi ekonomi telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di kawasan kita.


Bagi Kamboja, Indonesia bukan hanya anggota ASEAN yang sama — melainkan mitra vital yang hubungan perdagangan dan investasinya terus mendalam. Perdagangan bilateral mencapai US$1,002 miliar antara Januari dan November 2024, meningkat 3,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor Kamboja ke Indonesia naik 23,1% menjadi US$86,86 juta, sementara impor dari Indonesia meningkat 2,3% menjadi US$915,3 juta. Momentum ini banyak berkat fasilitasi proaktif dan upaya menjembatani hubungan di bawah kepemimpinan Yang Mulia Santo Darmosumarto, Duta Besar Republik Indonesia untuk Kamboja, yang masa jabatannya telah menyaksikan penguatan hubungan ekonomi dan kepercayaan bisnis yang baru.


Saat kita meluaskan perdagangan secara global, penting untuk mengingat peluang yang ada di dalam ASEAN sendiri — di mana, berdasarkan Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ATIGA), banyak produk dapat diperdagangkan dengan tarif 0% asalkan dilengkapi dengan Sertifikat Asal yang sah dan mematuhi aturan asal. Menguatkan rantai pasok intra-ASEAN bukan hanya kemungkinan teknis, tetapi juga keunggulan strategis, memungkinkan kita membangun rantai nilai melalui negara-negara tetangga yang terpercaya tanpa biaya melintasi lautan.


Pendekatan visioner Indonesia juga terlihat dalam inisiatif seperti Forum Indonesia–Mekong Basin Connect, yang tahun ini berfokus pada Kerjasama Keamanan Energi di Wilayah tersebut. Dengan mengumpulkan Duta Besar negara-negara Mekong, perusahaan negara Indonesia, dan pemimpin sektor swasta, forum ini bertujuan untuk mengidentifikasi peluang konkret dalam energi terbarukan, pembangkit listrik konvensional, dan infrastruktur pendukung. Permintaan listrik di subwilayah Mekong diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada 2025 dan terus tumbuh secara signifikan hingga 2040 — menciptakan ruang yang signifikan untuk proyek-proyek bersama dalam bidang surya, angin, biomassa, tenaga air, dan sistem penyimpanan energi baterai. Bagi perusahaan yang sudah terlibat dalam sektor-sektor ini, platform ini menawarkan jalur langsung untuk membentuk kemitraan yang menggabungkan kelayakan komersial dengan dampak pembangunan berkelanjutan.


Menjelang ke depan, kapasitas produksi Indonesia yang besar dalam barang konsumen bergerak cepat (FMCG) dan bahan bangunan berkualitas tinggi menawarkan opsi yang kompetitif dan efisien biaya bagi pasar Kamboja. Banyak rumah tangga Kamboja sudah familiar dengan Indomie Mi Goreng, yang membantu mengubah kebiasaan lokal dalam mengonsumsi mie instan dengan cara menuangkan air panas menjadi gaya Indonesia yang merebus dan memasak, menjadikannya merek mie instan teratas di Indonesia dan semakin populer di sini. Indomilk telah menjadi minuman favorit di kalangan anak sekolah, sementara permen kopi Kopiko secara perlahan memenangkan hati konsumen dengan rasa Indonesia yang khas dan unik. Produk-produk sehari-hari ini lebih dari sekadar komoditas — mereka adalah jembatan budaya.


Tahun ini juga diharapkan akan menampilkan Forum Bisnis Indonesia–Kamboja di Jakarta — platform bilateral khusus yang dirancang untuk mendorong perdagangan, investasi, dan kemitraan sektoral antara kedua negara kita. Salah satu sorotan agenda adalah penandatanganan Memorandum of Understanding antara KADIN dan Kamar Dagang Kamboja, sebuah tonggak penting untuk mengukuhkan kerja sama ekonomi yang lebih erat. Forum ini diperkirakan akan mencakup sesi penjodohan bisnis besar di sektor-sektor berpotensi tinggi seperti energi terbarukan, bahan bangunan, FMCG, dan pendidikan — menciptakan peluang langsung bagi perusahaan dari kedua negara untuk menjajaki kemitraan dan strategi masuk pasar baru.


Persahabatan kita, bagaimanapun, bukanlah hal yang baru. Jauh sebelum ASEAN dibentuk, Kerajaan Kamboja dan Kepulauan Indonesia telah menjalin hubungan budaya dan perdagangan yang bermula pada era Angkor Wat — masa ketika rute maritim tidak hanya mengangkut barang, tetapi juga ide, seni, dan agama. Dalam sejarah modern, Indonesia termasuk di antara negara pertama yang mengakui kedaulatan Kamboja, memberikan dukungan diplomatik pada tahun-tahun awal kemerdekaan kami. Warisan kepercayaan itu menjadi landasan di mana kemitraan saat ini terus berkembang.


Komentar


bottom of page