Indonesia meningkatkan hubungan dengan Kamboja
- nicholastan788
- 22 Mei
- 4 menit membaca

Duta Besar Indonesia untuk Kamboja, Santo Darmosumarto, berbicara pada sesi Cross-Talk pada hari Selasa. KT/Heng Chivoan
Karena Indonesia berinvestasi besar-besaran dalam meningkatkan hubungan bilateral yang telah terjalin lama dengan Kamboja, kunjungan baru-baru ini ke Jakarta oleh Presiden Senat Kamboja dan mantan perdana menteri Hun Sen telah menjadi katalisator yang baik bagi hubungan diplomatik tersebut, demikian ungkap Duta Besar RI dalam wawancara eksklusif dengan Khmer Times.
Pada tahun 1956, Indonesia memberikan pengakuan kepada Kamboja sebagai negara berdaulat, dan kedua negara menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1959. Namun, hubungan kedua negara telah terjalin sejak zaman kuno, antara Kerajaan Khmer, Kerajaan Champa, dan Kerajaan Majapahit.
Tahun lalu, Indonesia dan Kamboja memperingati 65 tahun hubungan diplomatik kedua negara dengan berbagai macam acara. Pada tahun yang sama, terjadi pula peningkatan perjanjian kerja sama multisektoral dan volume perdagangan antara kedua negara anggota ASEAN.
Terlepas dari pencapaian tersebut, Duta Besar Indonesia untuk Kamboja Santo Darmosumarto, dalam sebuah acara Cross-Talk pada hari Selasa, mengatakan bahwa ia yakin masih ada potensi besar untuk memperluas kerja sama kedua negara.
"Diplomasi adalah upaya yang berkelanjutan. Jika kita merasa benar-benar puas, kita berisiko menjadi cepat puas. Selalu ada lebih banyak hal yang dapat dilakukan," katanya.
Duta Besar mengumumkan bahwa semester kedua tahun 2025 akan melihat sejumlah inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan Kamboja-Indonesia baik di tingkat nasional maupun antar masyarakat.
"Ke depan, kami memiliki beberapa acara penting. Pada tanggal 14-15 Juni, kami akan menyelenggarakan āSelasa Indonesia 2025ā - sebuah pameran tunggal yang menyoroti peluang perdagangan, pariwisata, dan pendidikan di Indonesia. Ini adalah acara besar, dan kami berharap acara ini akan informatif dan menarik bagi masyarakat Kamboja," katanya.
"Selain itu, kami juga merencanakan sesuatu yang baru: Kongres Alumni Indonesia. Acara ini akan mempertemukan warga negara Kamboja yang pernah belajar di Indonesia. Kami bertujuan untuk bertukar pikiran, mendukung mahasiswa baru, dan membangun jaringan alumni yang lebih kuat. Kami memperkirakan lebih dari 100 orang Kamboja pernah belajar di Indonesia-dan banyak di antaranya kini memegang posisi penting di pemerintahan, bisnis, dan akademisi."
Proyek yang akan datang, tegas Dubes Darmosumarto, telah mendapat sambutan baik dengan kunjungan Presiden Senat Kamboja, Hun Sen, ke Jakarta dua minggu yang lalu. Dalam kunjungan tersebut, Hun Sen bertemu dengan Prabowo Subianto serta para pemimpin Indonesia, termasuk Ketua Dewan Perwakilan Daerah Sultan Bachtiar Najamudin dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani.
"Kunjungan ini mencerminkan hubungan bilateral yang terus meningkat. Saya suka menggunakan frasa āperubahan dan kesinambunganā. Di satu sisi, kedua negara telah mengalami pergantian kepemimpinan - Kamboja memiliki perdana menteri baru, dan Indonesia memiliki presiden baru. Di sisi lain, fondasi kuat hubungan kedua negara tetap utuh," jelas Duta Besar Darmosumarto.
"Presiden Prabowo mengunjungi Kamboja pada tahun 1990-an, dan Samdech Techo Hun Sen selalu memiliki hubungan yang erat dengan Indonesia. Hubungan yang telah terjalin lama ini berkembang menjadi program-program baru yang konkret dan bermanfaat bagi masyarakat kita."
Pada hari pertama dan kedua kunjungannya, Hun Sen memberikan ceramah khusus berjudul āKamboja dan ASEAN, ASEAN dan Duniaā di Sekretariat ASEAN, untuk memperingati ulang tahun ke-26 aksesi Kamboja ke ASEAN, dan ceramah lainnya mengenai āPandangan dan Pengalaman Membangun Perdamaian di Kambojaā di Sekolah Pemerintahan ERIA.
Duta Besar Darmosumarto mengatakan bahwa ia sangat terkesan dengan kuliah-kuliah tersebut.
Duta Besar Darmosumarto mengatakan bahwa ia sangat terkesan dengan ceramah tersebut. "Ceramahnya panjang, tetapi sangat menarik dan emosional. Beliau berbicara dengan jujur tentang kesulitan yang dihadapi Kamboja dalam perjalanan menuju perdamaian dan bagaimana rakyat Kamboja mengambil keputusan secara sadar untuk bersatu dan maju," ujarnya.
"Beliau juga menyoroti peran Indonesia dalam proses perdamaian, khususnya Pertemuan Informal Jakarta dan Perjanjian Perdamaian Paris. Yang menarik bagi saya adalah pesan beliau bahwa kawasan ini memiliki kearifan kolektif yang cukup untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada saat ini - baik masalah keamanan, ekonomi, maupun lingkungan - melalui kerja sama di ASEAN dan dengan mitra-mitra regional kita."
Duta Besar menambahkan bahwa bagian favoritnya dari kuliah tersebut adalah ketika Presiden Senat Kamboja, yang juga berhasil mengakhiri perang saudara di Kamboja melalui kebijakan win-win solution, memberikan rincian tentang kisah-kisah di balik layar negosiasi perdamaian.
āMendengar beliau menceritakan bagaimana pertemuan Bogor dan Jakarta berkontribusi dalam mengakhiri konflik selama puluhan tahun di Kamboja sangatlah kuat,ā tambahnya. āNamun lebih dari sekadar sejarah, beliau menekankan bahwa pelajaran dari masa lalu - dialog, persatuan, dan kerja sama regional - masih dapat memandu kita hari ini dalam menghadapi tantangan modern.ā
Di tengah ketegangan dan ketidakpastian dalam situasi global saat ini, Kamboja dan Indonesia saat ini berada dalam kondisi damai, diperintah oleh pemerintah yang stabil, dan ekonomi mereka tumbuh, kata duta besar tersebut.
āIni adalah kesamaan penting yang kita miliki, dan kesamaan ini memberikan landasan yang kuat bagi kita untuk menghadapi ketidakpastian bersama-sama,ā katanya. Satu pelajaran penting yang telah kita pelajari, terutama dari sejarah, adalah untuk menghindari terjebak dalam persaingan antara negara-negara besar. Selama Perang Dingin, wilayah kami - Vietnam, Laos, Kamboja - sangat menderita karena persaingan tersebut. Kita tidak boleh mengulanginya."
Ia menambahkan bahwa Indonesia dan Kamboja, bersama dengan anggota ASEAN lainnya, harus bekerja sama untuk memperkuat ketahanan regional.
āKita perlu meningkatkan perdagangan intra-ASEAN, memperdalam kerja sama investasi, dan lebih mengandalkan satu sama lain, bukan bergantung pada pihak luar,ā ujar Duta Besar Darmosumarto.
Comments