Santo Darmosumarto, Duta Besar Indonesia untuk Kamboja mengungkapkan keinginannya untuk memperkuat hubungan perdagangan dengan Kerajaan. KT/Pierre Roussel
Setelah melonjak ke peringkat enam di antara mitra dagang utama Kamboja, Indonesia menargetkan untuk masuk ke peringkat lima besar pada akhir tahun 2024. Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Kamboja, Dr Santo Darmosumarto, dalam sebuah wawancara dengan Khmer Times baru-baru ini, mengungkapkan hal tersebut di antara topik-topik lain yang berkaitan dengan perdagangan antara kedua negara tetangga ASEAN ini.
Mengenai tantangan utama yang dihadapi perdagangan antara Indonesia dan Kamboja, Darmosumarto mengidentifikasi konektivitas dan logistik. Dia menunjukkan bahwa biaya pengangkutan barang antara kedua negara mendorong naiknya biaya produk sehingga membuat mereka kurang kompetitif seperti Vietnam atau Thailand misalnya.
Dengan adanya penerbangan langsung antara kedua negara, warga Kamboja yang pergi ke Indonesia untuk tujuan wisata dan bekerja memiliki akses yang lebih mudah. "Pada saat yang sama, ada peluang bagi ruang kargo yang dapat digunakan untuk meningkatkan kerja sama perdagangan. Meskipun beberapa produk dapat dikirim melalui kargo laut, ada beberapa produk yang harus segera dikirim melalui kargo udara. Selain mengangkut orang secara langsung, penerbangan langsung juga akan membantu kami dalam mengangkut barang secara langsung," katanya.
Duta Besar mengatakan bahwa ia melihat banyak ruang untuk kerja sama di bidang-bidang seperti pertanian dan juga potensi sektor pariwisata. Dia mengatakan bahwa dia suka berpikir bahwa masih ada banyak ruang di kaca untuk mengisinya dengan jenis kerja sama apa pun yang diinginkan oleh masyarakat.
Pasca-kolonialisme, cara mereka memperjuangkan kemerdekaan telah menumbuhkan rasa persaudaraan yang kuat di antara masyarakat kedua negara. Dia menyatakan optimisme yang besar dalam pencapaian bahwa Indonesia diproyeksikan menjadi mitra dagang No. 6 dibandingkan dengan tahun lalu ketika Indonesia berada di peringkat ketujuh.
Perdagangan bilateral diharapkan dapat menembus angka $1 miliar, yang menurutnya merupakan sebuah pencapaian yang cukup besar.
"Produk nomor satu kami dalam hal ekspor ke Kamboja adalah batu bara, namun kami juga menyadari bahwa ada jenis produk lain yang berpotensi bagus untuk Indonesia, misalnya suku cadang mobil dan bahkan mobil."
Ia kemudian menambahkan: "Ada berbagai produk yang siap diekspor ke Kamboja. Pasar masih sangat terbuka untuk produk makanan Indonesia. Saya pikir kita melihat semakin banyak merek yang masuk dan menyaingi produk yang berasal dari Vietnam, Thailand dan Cina. Konsumen Kamboja akan menikmati berbagai macam merek dalam hal makanan. Namun di luar makanan dan pertanian, masih banyak bidang kerja sama yang dapat dijajaki, misalnya sektor manufaktur dan energi," ujarnya.
Sumber Asli:
Kommentare